Blunder Robert Green: Manusia Tempatnya Salah


Blunder Green Gagalkan Kemenangan Inggris

Kiper Inggris Robert Green gagal menangkap bola dengan baik sehingga gawangnya kebobolan pada pertandingan laga perdana Grup C Piala Dunia 2010 Afrika Selatan ketika melawan Amerika Serikat. Klaim bahwa posisi di bawah mistar sebagai titik kelemahan Inggris akhirnya terbukti.

Penjaga gawang Robert Green yang dipercaya menjadi starter pada laga perdana Grup C melawan Amerika Serikat di Royal Bafokeng Stadium, Minggu (13/6) WIB, melakukan kesalahan fatal yang membuat The Three Lions harus puas dengan hasi limbang 1-1.

Inggris menyambut duel lawan Amerika dengan dibayangi trauma kekalahan dalam pertemuan kedua tim di Piala Dunia 1950. Tapi, skuad Fabio Capello terlihat sangat percaya diri dan mendominasi pertandingan sejak awal.

Mereka bahkan langsung unggul saat pertandingan baru memasuki menit ke-4 lewat gol kapten tim Steven Gerrard. Gol ini berawal dari kerja sama apik antara Wayne Rooney dan Emile Heskey yang kemudian menyodorkan bola kepada Gerrard dan gelandang Liverpool itu menaklukkan kiper Tim Howard dengan sontekan kaki kanannya.

Keunggulan Inggris bertahan cukup lama sebelum kiper Robert Green melakukan blunder yang memungkinkan Amerika Serikat menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat gol Clint Dempsey di menit ke-40.

Gol ini tercipta lantaran Green gagal menangkap bola tembakan jarak jauh Dempsey yang sebenarnya tak terlalu keras.

Di babak kedua, Inggris tetap menekan dan mereka sempat mendapat sejumlah peluang bagus, tapi tak satu pun berbuah gol lantaran kecemerlangan Howard di bawah mistar Amerika.

Di pihak lain, Green menebus kesalahan fatalnya dengan sebuah aksi penyelamatan gemilang di menit ke-63. Ia berhasil menepis tembakan jarak dekat Jozy Altidore sehingga bola membentur tiang gawang dan memantul keluar.

Terlepas dari aksi gemilang Green pada momen tersebut, ia bakal tetap dihantui oleh blundernya yang membuat Inggris kehilangan peluang meraih kemenangan. Gelandang Liverpool ini lebih suka menyalahkan bola Jabulani yang memang telah mendapat banyak kritikan dari para kiper.

Tapi, Gerrard menolak menyalahkan Green atas hasil imbang yang diraih Inggris. ''Itu salah satu dari hal-hal gila, saya pikir kita tak bisa mengkritik kiper lantaran kejadian itu. Semua orang telah mempermasalahkan bola ini dan itu terbukti,” kilah Gerrard.

''Rob akan belajar dari kejadian ini dan ia mungkin akan melakukan penyelamatan penting yang akan membawa kami meraih kemenangan suatu saat nanti. Kami semua mendukungnya. Kejadian itu sedikit mengejutkan dan butuh waktu bagi kami untuk melupakannya,'' tambah Gerrard.

Gerrard juga berusaha elihat sisi positif dari hasil imbang dengan Amerika. ''Itu laga yang sulit. Yang terpenting di laga pembuka adalah tak menelan kekalahan. Target kami adalah meraih kemenangan, tapi sayang kami kebobolan oleh gol yang buruk dan kami tak bisa mendapatkan gol kemenangan. Target kami sekarang adalah merebut 7 poin.''

Sumber: Tempointeraktif.com

Dari berita di atas kita bisa mengambil hikmah bahwa setiap manusia berpotensi untuk melakukan kesalahan. Namun bukan kesalahan yang disengaja. Sayangnya, dalam kehidupan ini kita melihat banyak orang melakukan kesalahan karena memang disengaja. Mereka tahu dosa, mereka tahu hukum, tapi kesalahan terus saja mereka lakukan.

Mereka sebenarnya sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu merugikan orang lain. Tapi mereka seakan tenang-tenang saja sambil tersenyum menikmati kesusahan orang lain. Inilah yang disebut manusia yang telah mati hatinya (qolbun mayyit).

Tidak seorang di antara kita yang bersih dari dosa dan kesalahan. Selalu saja ada ucapan atau perbuatan mengandung dosa yang kita lakukan secara sadar atau tidak. Bagi seorang manusia semua itu tentu wajar dan lumrah saja. Namanya juga manusia, tempatnya lupa dan salah. Yang tidak wajar bila sang manusia mengaku tidak pernah berbuat salah dan dosa, merasa diri selalu baik, sholeh dan bersih dari semua itu. Memang ada manusia seperti itu, ia disebut ma’shum, terpelihara dari dosa. Tapi manusia itu hanya Nabi saw. yang kita kenal terpelihara oleh Allah dari segala perbuatan dosa.


Karena kita bukan manusia ma’shum, maka ketika ada kesalahan dan perbuatan dosa yang dilakukan, maka itu dianggap lumrah. Siapa pun manusia tersebut dan apapun profesi dan status sosialnya di tengah masyarakat. Mau rakyat biasa, atau pemuka agama, artis terkenal atau sosok yang tidak seorang pun mengenalnya, kemungkinan berbuat salah dan dosa selalu ada. Bila seorang iman seorang hamba itu kuat, maka iblis yang datang untuk menggoda dan menggelincirkannya pun lebih berpengalaman dan profesional agar manusia tersebut akhirnya terjungkal.


Namun dibalik itu semua Allah sesungguhnya Maha Penyayang, Pengasih dan Pengampun bagi para hamba-Nya. Berapa banyak pun dosa yang dilakukan sang hamba, selalu ada pintu maaf dan ampunan yang terbuka untuknya. Kita mungkin pernah mendengar bait syair seorang Abu Nawas yang mengatakan:


Dosaku laksana pasir di lautan
Maka terimalah taubatku, Wahai Pemilik Keagungan


Kita juga mungkin pernah membaca kisah seorang hamba yang membunuh 99 manusia lalu menggenapinya 100. Namun ia kemudian diputuskan masuk syurga setelah malaikat Rahmah dan Malaikat azab berseteru dan mengukur jarak letak kematiannya yang ternyata lebih dekat dengan kampung yang hendak ia tuju sebagai syarat baginya melakukan pertobatan dan mendapatkan maghfirah (ampunan).


Kita juga dilarang oleh Allah Ta’ala berputus asa dari mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya karena merasa bahwa dosa kita terlalu banyak dan pintu taubat pun seakan tertutup rapat. Tidak sama sekali! Allah selalu membuka pintu ampunan-Nya bagi mereka yang datang pada-Nya memohon ampun, menyesali diri dan bertekad kuat takkan mengulangi kembali dosa yang telah diperbuatnya.


Dosa yang kita lakukan mungkin saja termasuk dalam kategori dosa besar dimana ada ancaman hukumannya di dunia, atau Allah ancam pelakunya dengan Neraka atau IA memurkainya. Ada pula yang berpendapat, bahwa dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan (berani) serta meremehkannya.


Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan. Mereka bertanya, ‘Apa itu?’ Beliau menjawab, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina wanita-wanita suci yang mukmin dan lalai dari kemaksiatan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Sementara dosa kecil adalah segala dosa yang tidak mempunyai had (hukuman) di dunia, juga tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Ada pula yang berpendapat bahwa dosa kecil adalah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar.


Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Dicatat atas bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkannya tidak mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati adalah menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didusta-kanya.” (HR. Muslim, no. 2657)


Salah satu fenomena menarik yang terjadi di tengah kita adalah semakin banyaknya orang-orang yang merendahkan dosa dan kemaksiatan yang mereka lakukan, atau tanpa malu menyebarluaskannya melalui media elektronik; televisi, internet dan lainnya, atau menuliskannya dalam sebuah cerita sehingga orang banyak menjadi tahu. Padahal yang pantas dilakukan saat berbuat dosa adalah merasa malu, sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya dan berusaha menutupinya agar tidak menjadi contoh bagi yang lain.


Sekali waktu saya menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi yang dipandu oleh Helmi Yahya dan Dian Nitami. Acara tersebut menghadirkan sepasang suami istri yang saling berseteru beserta keluarganya masing-masing. Melalui dialog panas antara keluarga tersebut, sang suami dengan terus terang berkata bahwa ia telah berselingkuh dengan anak tirinya sembari menuduh sang istri juga telah berselingkuh denganbrondong. Walau demikian laki-laki tersebut masih mampu berkata, “Kami berasal dari keluarga terhormat!” Luar biasa!


Bila menyebarluaskan aib orang lain saja dilarang, maka bagaimana dengan menyebarluaskan aib sendiri? Tentu hal tersebut lebih terlarang. Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian dipagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)


Maka hendaklah setiap kita berhati-hati, jangan sampai dosa yang telah kita lakukan pada masa lampau akhirnya terbongkar dan menjadi dosa besar karena tanpa sadar kita menyebarluaskannya, apakah itu dengan lisan mau pun tulisan. Wallahu a’lam!

Anda mendapat 1 Pesan

Silakan Buka Pesan Sekarang di Sini

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Cara Bikin Blog Cantik dan Dinamis
@ Kumpulan Tutorial Blog Lengkap
@ Kumpulan Dongeng Anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.