Blog Yogyakarta: Kisah Slilit Sang Kyai


"Diceritakan seorang Kyai Fulan, beliau sangat masyhur di daerahnya, bukan saja kealiman ilmunya tetapi budi pekertinya juga sangat baik.

Suatu saat sang Kyai diundang kenduri oleh warganya, maka beliau bergegas menghadiri undangan tersebut dengan mengajak seorang Santri sebagai pendamping.

Jamuanpun dihidangkan Kyai juga tidak ketinggalan menikmati hidangan yang disediakan
tuan rumah.

Selesai makan sang Kyai merasa ada "sesuatu" yang mengganggu pada giginya, ya ada sisa daging yang menyelilit, Kyai sudah berusaha menghilangkan "slilit" tetapi gagal dan rupanya tidak ada alat untuk digunakan menghilangkan slilit itu.

Setelah selesai sang Kyai segera pulang, tapi dia masih terganggu oleh slilit, karena terganggu maka sang Kyai berusaha mencari alat untuk menghilangkan slilit itu.

Di sebuah perkebunan beliau melihat pagar dari bambu, tanpa pikir panjang beliau memerintahkan santrinya untuk mematahkan bambu, yang akan digunakan menghilangkan slilitnya.

Waktu terus berjalan, kemudian sang Kyai Fulan meninggal dunia. Suatu hari sang santri yang dulu mengantar sang Kyai berziarah, entah mengapa sang santri tertidur di makam sang Kyai.

Ditengah tidurnya sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyainya.

"Assalamu'alaikum wahai Kyai!" kata Santri.

"Walaikum Salam santriku" Jawab Kyai.

"Waduh Kyai kenapa badan Kyai seperti ini? Bukankah Kyai ahli ibadah" Tanya santri penasaran karena melihat badan kyainya penuh sisa cabukan.

"Oh santriku…, memang aku ahli ibadah, namun kau masih ingatkan waktu pulang dari kenduri…, aku mencuri bambu, dan rupanya sipemiliknya tidak rela…., sehingga aku disiksa demikian" Kata sang Kyai sambil menunjukkan luka-luka di badannya.

"Santriku … tolong aku …, mintakan kehalalan dari pemilik kebun yang kucuri pagar bambunya…"Kata Kyai sambil menangis.

Sang santri terjaga dari tidurnya, ia segera pulang dan menemui pemilik kebun yang dulu pagar bambunya dicuri sang Kyai. Sang santri menceritakan hal ihwal yang menimpa pada Kyainya, Kemudian pemilik kebun menghalalkan apa yang telah diambil sang Kyai.

Pada waktu yang lain sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyai. Dalam mimpinya kali ini sang santri melihat wajah sang Kyai berseri-seri dan tubuh yang bersinar-sinar. Rupanya setelah sang pemilik kebun menghalalkan, maka Allahpun juga mengampuni dosanya"

Marilah kita renungkan cerita di atas, agar kita terhindar dari perbuatan yang tidak terpuji, meskipun itu sangat sepele.

Para pemirsa pasti pernah kan ngalamin beli sesuatu trus lupa ga bayar, ato bayarnya kurang, ato malah ada satu ato dua items yg ga kescan. Klo ga pernah ya ga papa, yang jelas saya pernah beberapa kali ngalamin kejadian itu. Lupa ga bayar sih ga pernah, cuman beberapa kali kejadian saya bayar sesuatu trus kurang, ato malah satu kali pernah dua items dari beberapa items yang saya beli ga kescan. Selalunya sih kesalahan si kasirnya, bukan kesalahan saya. Kalau cuman 1, 2, 3, 10 sen sih biasanya ya sudah lupakan saja, anggap aja rejeki lagian kan ga sengaja, bukan pula saya sengaja pen ngambil untung Tapi klo udah sedollar, dua dollar ato 5 dollar sih ya serem juga. Makanya jauh2 juga balik lagi deh ke tokonya, trus bayar kekurangannya. Serem, takut ga berkah.

Apa yang saya alami itu ga ada apa2nya dibanding dengan apa yang dilakukan oleh seorang Bapak di Indonesia yang mengembalikan uang ganti rugi dari pihak pemerintah sebesar sekian puluh juta (atau sekian ratus juta ya? lupa lagi....pokoknya berjut2 deh...buanyak sekali). Wah....gile bener ya...padahal kalau ga dikembalikan itu uang bisa dia pake buat bikin rumah bagus, nyekolahin anak2nya, dll, dlsb. kebetulan si Bapak itu juga bukan orang kaya. Namun dia memilih untuk mengembalikan uang yang luar biasa banyaknya itu. Alasannya sederhana sekali, uang itu bukan hak saya, begitu yang beliau katakan. Duh....subhanallaah...betapa mulianya hati si Bapak.

Saya jadi teringat tulisannya Emha Ainun Najib berjudul "Slilit Sang Kyai". Dalam tulisannya itu Emha bercerita tentang seorang Kyai yang tertunda masuk surga gara2 slilit di giginya. Bukan..bukan semata2 karena si slilit itu dia jadi tertunda masuk surga. Tapi gara2 secuil kecil daging yang nempel di gigi itulah sang Kyai tanpa pikir panjang ngembat sepotong lidi yang tersender di pagar rumah tetangganya dalam perjalanannya pulang dari sebuah kenduri (gara2 makan daging di kenduri inilah maka slilit itu nyangkut di giginya). Tak berapa lama sejak kejadian itu sang Kyaipun meninggal. Nah ketika ngantri masuk surga malaikat mencegatnya di pintu surga dan mempermasalahkan sepotong kecil lidi yang dipakai sang Kyai untuk menyongkel slilit dari giginya. Bukan apa2, sang Kyai lupa ga minta izin dulu sama pemilik lidi tersebut! Inilah yang jadi masalah sehingga langkahnya menuju surga tersendat.

Saya ga tau apakah Emha menceritakan kisah ini berdasarkan sebuah hadits, atau kisah2 para sahabat Rasulullaah dulu atau bagaimana. Bahkan berdasarkan apa dan kisah dari manapun saya ga tau. Namun yang jelas rangkaian kisah2 di atas mengingatkan saya dengan ayat Al Quran surat 99:7-8 yang terjemahannya sbb.:

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Duh, gara2 sepotong lidi saja seorang kyai bisa tersendat masuk surga, apalagi klo kesalahannya sebesar gunung dan seluas samudera. Na'udzubillaah ya Allah.....astaghfirullaahal'azhiim...

Notes:
~ tolong dikoreksi ya kalau saya ada yang salah saat menceritakan kembali tulisannya Emha, masalahnya udah berbelas taun yg lalu saya baca tulisan itu.


Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog

1 komentar:

  1. salam kenal bang karto, salam kenal saya blogger dari bali.

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.