Pertanyaan ini telah sering diutarakan dan banyak jawaban yang diajukan. Namun ternyata masih banyak orang yang keliru dalam memahaminya. Ada pula yang tersesat saat mencari jalan keluar. Tidak sedikit pula yang tidak mempedulikannya.
Ada orang yang secara gegabah menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dimana-mana. Ini adalah hal yang sangat absurd, karena mana mungkin Allah Yang Maha Suci berada di tempat-tempat kotor bahkan najis. Tempat yang bahkan manusiapun tidak layak mendudukinya.
Ada yang otaknya mentok lalu mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berada di atas, tidak di bawah, tidak di depan, tidak di belakang, tidak di kiri dan tidak di kanan. Ini adalah pernyataan dari orang yang bicara tanpa dalil dan membingungkan.
Sebenarnya ini bukanlah pertanyaan yang sulit karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan secara gamblang. Para ulama juga berulangkali menjabarkannya.
Pada kesempatan ini saya hanya akan mengajukan lima dalil untuk menjawab pertanyaan ini.
Al-Qur’an
Ada banyak ayat yang menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas langit. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Yang Maha Pengasih bersemayam di atas al-arsy”
[QS. Thaha : 5]
Ayat ini sudah sangat gamblang dan sangat mudah dipahami. Tidak ada kata-kata asing yang tidak dipahami. Al-Arsy termasuk di antara makhluk yang sangat besar. Sehingga bila dibandingkan, maka ukuran alam semesta ini ‘tidak ada apa-apanya’ alias sangat kecil. Letaknya berada di atas alam semesta itu sendiri. Singgasana Allah berada di atas Al-Arsy dan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atasnya.
Pada ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sucikanlah nama Rabbmu Yang Maha Tinggi.”
[Al-A'la: 1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi dan berada di atas seluruh makhluk-Nya. Orang yang bingung tadi seharusnya membaca ayat ini dan memahami serta merenungi maknanya yang juga sudah sangat gamblang.
As-Sunnah
Telah sangat masyhur kisah tentang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang bertanya kepada seorang budak wanita : “Dimana Allah ?”
Budak itu menjawab : “di atas”. Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membenarkan jawabannya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya : “Siapakah aku ?”
Budak itu menjawab : “Anda adalah Rasulullah”.
Dua jawaban yang tegas ini membuktikan bahwa budak wanita itu telah memahami dan mengakui dua kalimat syahadat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda bahwa budak itu adalah wanita yang beriman dan memerintahkan untuk membebaskannya.
Fatwa Ulama
Fatwa yang sangat masyhur adalah yang disampaikan oleh Imam Malik (Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya). Suatu hari ada orang yang mempertanyakan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemanyam. Pertanyaan bernada melecehkan ini tak pelak membuat Imam Malik gemetar dan berkeringat menahan amarah sambil berfikir keras.
Beliau lalu menyampaikan fatwa yang dapat dijadikan dalil :
“Bersemayam telah dipahami maknanya, hakekatnya tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib sedang mempertanyakannya adalah bid’ah.”
Kita semua telah memahami makna dari bersemayam sehingga tidak perlu penjelasan lebih jauh. Sedang hakekatnya, sebagaimana sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lain, tidak diketahui karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerangkannya.
Mengimani sifat bersemayam dan sifat-sifat Allah yang lain adalah wajib sebagaimana dijelaskan dalam “Tauhid al-Asma wash Shifat”. Mempertanyakannya adalah bid’ah karena para shahabat tidak pernah melakukannya.
Fitrah
Terkadang kita menyebutnya sebagai naluri atau insting.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membekali manusia, dan makhluk yang lain, dengan fitrah dan diharapkan berjalan sesuai fitrah tersebut.
Dengan fitrah itu manusia bisa ‘mengetahui’ keberadaan dan tempat bersemayam “Yang di Atas”. Bukankah kita bila berdoa secara naluriah akan menengadahkan tangan dan memandang ke atas ?
Coba tanyakan kepada anak berusia 2 - 3 tahun yang sudah bisa berkomunikasi. Niscaya jawabannya tidak jauh dari di langit, di atas atau menunjuk ke atas. Inilah jawaban dari fitrah yang masih suci.
Logika Akal Sehat
Bila kita menggunakan akal kita secara sehat, maka akan mengetahui bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Suci berada di bawah makhluk-Nya. Tidak mungkin juga setara dan berada di tempat yang sama. Sehingga satu-satunya tempat yang pantas bagi Allah Yang Maha Tinggi adalah di atas seluruh makhluk-Nya.
Para raja di setiap tempat dan masa senantiasa meletakkan singgasananya di tempat yang tinggi. Lebih tinggi dari orang-orang di sekitarnya. Dari singgasananya itu para raja memberi perintah kepada bawahannya.
Balkon-balkon VIP selalu terletak di atas. Penthouse sebagai kamar dengan tarif tertinggi terletak di puncak gedung hotel. Tangga teratas pasti untuk juara pertama sedang juara kedua dan ketiga ada di bawahnya.
Benar demikian ? Silahkan direnungkan
Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.