Kisah Si Miskin: Nabi sangat Sayang Dengan Orang Miskin



Nabi Sangat Sayang Dengan Orang Miskin

PADA suatu hari, ketika Rasulullah SAW tiba di halaman masjid, seorang Arab Badui mencegat beliau seraya berkata: “Ya Muhammad. Berikanlah pada ku harta Allah yang ada pada mu”. Bagaimana sikap Nabi Mulia itu?.

Karena pada waktu itu Nabi SAW hanya memiliki jubah yang dipakainya, lalu dengan senyum Rasul SAW melepas jubah yang dikenakannya dan dengan tulus beliau berikan kepada lelaki itu.

Rasulullah SAW memang terkenal senang bergaul dengan para fakir miskin. Sikap beliau itu diikuti oleh para sahabat. Kenapa maka mereka bersikap demikian?. Sebab satu hadis Qudsi mengatakan: “Carilah karunia Allah dengan mendekati orang yang dekat dengan orang miskin. Karena pada merekalah Aku jadikan keridhaan-Ku “, sehingga dalam satu hadis Rasulullah SAW. bersabda: “Segala sesuatu itu ada kuncinya dan kunci surga itu adalah mencintai anak yatim dan orang-orang yang miskin” (HR.Daruthni dan Ibnu Hiban).

Beberapa hari sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW menunjukkan tanda-tanda khusus yang belum pernah disaksikan oleh para sahabat. Misalnya, beliau sering berbicara tentang keindahan surga. Satu ketika sambil bercerita beliau mengulurkan tangannya seperti hendak mengambil sesuatu, tapi kemudian ditariknya lagi. Ketika ditanya para sahabat maksudnya.

Nabi Mulia SAW ini menjawab: “Aku melihat surga dan aku menjangkau setangkai anggur. Jikalau aku mengambilnya, kalian baru dapat menghabiskannya selama umur bumi ini.” Tanda-tanda khusus lain di hari-hari akhir Rasulullah SAW makin tampak ketika beliau ditanyai oleh para isterinya: “Siapa diantara kami yang pertama kali akan menemui Anda kelak?”. Dengan suara menggetarkan hati Nabi SAW. menjawab: “Tangan siapa diantara kalian yang panjang, itulah yang lebih dahulu menemui ku.” Mereka lalu saling mengulurkan tangan masing-masing dan membandingkan satu sama lain.

Dugaan mereka Saudah lah yang akan dulu wafat, karena tangan Saudah lah yang paling panjang. Sebab dialah diantara isteri Nabi SAW yang paling tinggi dan besar. Sekitar 10 tahun setelah Nabi SAW wafat, ternyata Zainab yang lebih dahulu menyusul beliau. Dialah isteri nabi SAW yang perawakannya paling kecil dan dijuliki “Ibu kaum miskin”, yang pemurah hati. Tahulah mereka bahwa ” tangan paling panjang ” yang dimaksud Rasulullah SAW adalah orang yang gemar memberi sedekah kepada fakir miskin.

Simaklah sikap Ali bin Thalib KW. Suatu saat orang menemukan beliau sedang terisak menangis. Ketika ditanya mengapa gerangan beliau menangis, orang yang penuh kemuliaan itu berkata : “Sudah satu minggu tak ada seorang tamu pun yang datang kepada ku. Aku khawatir Allah sedang menghinakan aku”. Dan Ali sangat empati terhadap kaum duafa lebih-lebih ketika beliau menjadi Khalifah.

Menurut sanad dari Iman Ahmad, Ibnu Rafi’ pernah berkata : “Pada suatu hari Id aku menemukan Ali bin Abi Thalib sedang duduk.Di sebelahnya ada sebuah kantung yang diikat erat-erat. Aku mengira isinya pasti perhiasan yang mahal-mahal. Tapi ketika Ali membukanya aku nyaris tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Bungkusan itu cuma berisi roti kering yang maling paling rakus pun takkan mau mencurinya. Kemudian roti itu dilembutkan dengan air. Ketika kutanya mengapa kantung yang cuma berisi roti kering itu diikat begitu rupa? “. Ali menjawab: “Agar anak-anakku tidak membuka dan mengganti dengan roti yang halus dan mengandung mentega.” “Eh, apakah Allah melarang Anda menikmati makanan yang lebih baik?”. “Aku bertanya heran”. “Sama sekali tidak. Aku hanya ingin memakan makanan rakyat yang paling miskin. Aku baru akan mengubah makanan ku setelah aku bisa memperbaiki taraf hidup dan nilai makanan mereka,” jawab sang Khalifah.

Lain lagi halnya dengan Nabi Yusuf AS Ketika beliau sudah diangkat menjadi Bendahara kerajaan dan menjadi semacam Kepala Bulog, beliau berpuasa hampir setiap hari. Ketika ditanya orang mengapa Nabi Yusuf melakukan itu semua, beliau berkata bahwa beliau takut kenyang sehingga melupakan kehidupan orang miskin.

Ali Zainal Abidin, salah seorang cucu Rasulullah SAW, setelah wafat termasyhur sebagai orang yang gemar memikul gandum di malam hari dan membagikannya kepada para fakir miskin di Madinah, tanpa seorang pun mengetahuinya. Jika datang kepadanya seseorang yang sedang ditimpa kesulitan dalam hidupnya dan meminta tolong kepadanya, beliau menyambutnya dengan uacapan: “Selamat datang wahai orang yang berkenan memikul bekal ku untuk hari akhirat.”

Dalam majalah Amanah Nomor: 33 tanggal 9 Oktober 1987 diceritakan mengenai H.Yunan Helmy Nasution, ketika almarhum masih berdinas sebagai tentara. Rata-rata setiap 4 bulan sekali beliau diopname di Rumah Sakit, karena sakit.

Tapi sejak memelihara anak yatim, maka selama 14 tahun, belum sekalipun menderita sakit. “Memelihara anak yatim adalah hiburan rohani karena kasih Allah kepada mereka. Empat belas tahun mengelola anak yatim, tidak pernah mengalami kesulitan. Sering rezeki datang dengan tiba-tiba karena anak yatim mengandung misteri tersendiri disisi Allah, yang bagi orang lain sangat mengherankan”, kilah almarhum.

Bagi orang Islam yang benar-benar faham terhadap- islam dan mau mengerjakannya, mereka semestinya sangat ramah kepada para fakir miskin. Jarang mereka menolaknya bila para fakir miskin datang kepadanya. Mereka menganggap yang diminta para fakir miskin itu sekedar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Nabi Isa AS berkata : “Barang siapa menolak fakir miskin yang meminta, sehingga ia kecewa, para malaikat tidak akan memasuki rumahnya selama 70 hari.”

Wallohu 'alam.

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Cara Bikin Blog Cantik dan Dinamis
@ Kumpulan Tutorial Blog Lengkap
@ Kumpulan Dongeng Anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog

2 komentar:

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.