Menjadi Ibu yang Penuh Cinta Kasih

Suatu pagi, ketika sedang membersihkan halaman. Saya melihat seorang anak berusia 3 tahun asyik bermain air sehingga pakaiannya basah kuyub. Tiba-tiba ibunya datang memarahi anak tersebut dengan kata-kata yang kasar, lalu menjewernya. Kontan si anak menangis menjerit-jerit. Saya kaget dan kecewa dengan tindakan kasar si ibu pada si kecil.

“Kasihan…” Hanya itu yang bisa saya ungkapkan. Kasihan pada si kecil menerima perlakuan kasar tanpa mengerti kesalahannya, karena penalarannya yang masih terbatas. Tapi saya kasihan juga pada si ibu yang melakukan itu mungkin karena ketidaktahuan cara mendidik anak. Atau itu merupakan suatu ungkapan kekesalan karena beratnya beban seorang ibu rumah tangga dan tuntutan ekonomi yang semakin berat, sehingga anak menjadi sasarannya.

Kejadian ini hanya sebuah gambaran kecil dan ringan dari kekerasan-kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang sering terdengar saat ini. Saya merasa miris, sedih dan bertanya-tanya kenapa hal itu bisa terjadi. Bukankah segalak-galaknya macan, tidak akan memakan anaknya sendiri. Namun, justru sekarang ada orangtua yang menjual bahkan membunuh anaknya sendiri hanya karena alasan ekonomi. Mungkin karena memang sekarang macannya sudah terlalu lapar, sehingga anak sendiripun dimakannya.

Padahal kalau kita simak QS Al-An’aam 151, Allah berfirman, “…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rejeki kepadamu dan kepada mereka…” Betapa Allah telah menjamin rejeki atas orangtua yang merawat anaknya dan tiap-tiap anak yang lahir.

Memang kekerasan pada anak kerap kali terjadi karena faktor ekonomi dan kurangnya ilmu yang dimiliki oleh orangtua. Oleh sebab itu, kejadian semacam ini tidak perlu terjadi kalau setiap orangtua memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, memiliki iman yang kuat. Dengan keimanan yang kuat orangtua tidak akan merasa resal soal kelanjutan hidup diri dan ank-anaknya, karena Allah-lah yang mengatur segalanya. Dan Allah adalah sebaik-baiknya pengatur.

Kedua, orangtua harus banyak belajar cara mendidik anak. Menurut satu tulisan di Majalah Ummi ini (edisi 3/XVII tahun 2005), seorang ibu harus memiliki kompetensi yang kira-kira sama dengan seorang pendidik profesional. Yang dengan kemampuannya itu sang ibu memiliki ilmu sekaligus cinta kasih dalam merawat dan mendidik anak-anaknya.

Ketiga, mengembalikan peran yang sebagai pencari nafkah utama. Dengan demikian ibu bisa fokus merawat dan mendidik anak-anak, karena kebutuhan ekonomi sudah dipenuhi sang ayah.

Walaupun pada kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan. Namun dengan kesabaran insya Allah para orangtua akan mampu mengemban amanah Allah dengan sebaik-baiknya, tanpa kemarahan dan tanpa kekerasan.


Bekali Anak Hadapi Pergaulan

Tulisan ini diambil dari Majalah Ummi No. 7/XVII November 2005/1426 H

Hubungan yang hangat antara orangtua dan anak menggambarkan lancarnya komunikasi antara orangtua dan anak. Tanpa dimintapun anak akan mengungkapkan seluruh isi hati, aneka masalah kepada orangtuanya. Mereka selalu bisa berlari kepada orangtua, yang juga akan selalu siap di sisi anaknya. Dengan hubungan semacam in, fungsi kontrol orangtua bisa berjalan dengan peran aktif si anak sendiri.

Pengenalan resolusi konflik

Resolusi konflik adalah upaya memecahkan konflik. Konflik pasti terjadi dalam hubungan sesama manusia dalam berbagai tingkatannya. Ketika melepas anak bergaul, tentunya dengan manusia lainnya, yaitu teman-temannya, potensi konflik pasti ada. Tidak jarang anak-anak menyelesaikan konflik antara mereka dengan cara kekerasan. Tidak heran bila kemudian tawuran pelajar jadi begitu lazim terjadi, karena yang mereka tahu tentang pemecahan konflik adalah dengan kekerasan. Maka pembekalan resolusi konflik ini sangat penting untuk anak-anak.

Resolusi konflik yang palig baik dilakukan anak-anak adalah pemecahan masalah dengan cinta. Resolusi semacam ini melahirkan sifat empati. Pada anak. Misalnya, ketika anak-anak berebut mainan, ajaklah mereka untuk menempatkan diri pada posisi temannya. “Coba deh bayangin kalau kamu mau main mobil-mobilan, tapi temanmu tidak mau memberikan bagaimana perasaanmu?”

Memang tidak semua anak tidak langsung mengerti dan bisa mengikuti pemecahan masalah macam ini. Namun, kalau tidak dilatih, anak-anak tidak akan tahu dan menggunakan resolusi konflik macam ini dalam lingkungan pergaulannya.

Informasi yang benar

Bayangkan bila kita dilepas di suatu tempat tanpa informasi apapun. Kalaupun ada informasi ternyata keliru. Apa yang terjadi? Kita akan tersesat tidak tahu jalan pulang. Demikian pula dengan anak-anak yang mau tidak mau terjun kepergaulan, tapi tidak punya informasi yang benar tentang dunianya yang semakin luas itu. Maka orangtua sangat perlu membekali anak-anak dengan berbagai informasi yang benar tentang dunia mereka.

Jangan hanya membeberkan hal-hal yang baik-baik saja, sebaiknya segala hal yang burukpun perlu diinformasikan pada mereka. Khawatirnya, bila sesuatu yang buruk terjadi pada mereka, karena mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka jadi tidak siap mengahadapinya. Misalnya, kurangnya pengetahuan akan bahaya narkoba, sifat iri dengki atau kejahatan yang nyata.Tidak sekedar informasi, ajari mereka bagaimana menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada mereka. Misalnya, ajari mereka cara menolak bila ada teman yang menawarinya narkoba.

Etika pergaulan; Empati

Kenalkan anak pada berbagai contoh masyarakat yang mungkin mereka temui dalam pergaulan mereka. Jelaskan, bahwa tidak semua orang sejahtera dan serba kecukupan. Jangan hanya membawa anak jalan-jalAn ke mal atau tempat rekreasi lainnya. Ajaklah mereka ke tempat orang-orang yang tidak punya, ke perkampungan kumuh dan sebagainya. Biarkan mereka melihat bagaimana orang-orang ini melakukan aktivitas keseharian, melihat anak-anak lingkungan seperti ini bermain.

Dari kegiatan macam ini, akan timbul rasa empati. Sebenarnya sukses atau tidaknya pergaulan tergantung pada kemampuan seseorang untuk berempati. Semakin terasah rasa empatinya maka semakin mudah ia bergaul. Etika pergaulan yang paling utama adalahmemahami sudut pandang orang lain. Dengan empati ia dapat merasakan bagaimana rasanya bila mainannya direbut orang, ia bisa merasakan bagaimana rasanya diejek dan sebagainya. Ujung-ujungnya, ia tidak akan melakukan tindakan yang merugikan orang lain, karena tahu itu menyakitkan.

Ajaran Islam yang aplikatif

Tidak sekedar hafalan dan semacamnya, seharusnya Islam diupayakan untuk diterapkan dalam keseharian, sehingga anak-anak tahu esensi agama itu.. Lingkungan terdekatnya, seperti orangtua dan sekolah sudah semestinya mencontohkan aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara bangun tidur, makan, belajar, bertingkahlaku, sampai tidur lagi. Dengan cara itu ajaran Islam akan lebih tertanam didalam jiwanya sehingga otomatis menjadi filter bagi dirinya sendiri. Berdasarkan nilai Islam ia telah membuat standar moral. Ia bisa memutuskan sendiri apakah sesuatu itu benar atau tidak, syar’i atau tidak. Dengan demikian kemanapun ia pergi untuk bergaul, Islam menjadi filter terbaik baginya.

Kepercayaan

Penting bagi anak untuk merasa dirinya dipercaya menjalani kehidupannya sendiri. Kepercayaan membuat anak merasa dihargai. Kesadarannyapun akan muncul terhadap kepercayaan yang merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkannya pada orangtua.

Doa

Kekuatan doa yang begitu dahsyat adalah bekal, sekaligus pelindung utama bagi anak-anak kita. Ketulusan doa orangtua untuk keselamatan anaknya, insya Allah dikabulkan Allah yang maha mengawasi. Jadi, selama kita telah berupaya optimal menyiapkan anak-anak menuju pergaulannya, sekarang tinggal yakinkan diri bahwa Allah juga menjaga mereka. Hingga kemudian kita tidak akan cemas berlebihan.


Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Cara Bikin Blog Cantik dan Dinamis
@ Kumpulan Tutorial Blog Lengkap
@ Kumpulan Dongeng Anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.