Gempa kembali mengguncang Indonesia. Kali ini wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya yang dilanda. Gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter itu menggoyang Kota Padang dan sekitarnya pada pukul 17.15 WIB (30/9). Dalam dekade terakhir, guncangan gempa di wilayah Sumatra Barat ini seperti melengkapi tragedi-tragedi sebelumnya. Dimulai dari tragedi Aceh (26/12/2004), Yogyakarta (27/5/2006), Pangandaran (17/7/2006), dan Tasikmalaya (2/9/2009).
Memang, rentetan musibah ini bisa dilihat dari berbagai sudut. Dari sisi bahwa kita seorang Muslim yang tak mungkin melepaskan segala hal dengan kekuasaan Allah, tentu harus melihatnya dengan kacamata khusus. Bahwa, musibah ini merupakan teguran agar kita sadar untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Terlepas dari itu, jika kita telusuri sejarah, kita menemukan banyak nash yang ''memprediksi'' akan terjadinya peristiwa ini. Ternyata, jauh-jauh hari Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan kepada kita akan terjadinya banyak gempa. Dan, itu bagian dari tanda dekatnya kedatangan hari kiamat!
Dikisahkan, seorang shahabat Nabi SAW, Abdullah bin Hawalah, sedang duduk bersama para shahabat lainnya. Setelah menyampaikan beberapa ucapannya, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepala Abdullah bin Hawalah. Hal ini biasa beliau lakukan untuk menarik perhatian para shahabatnya. Ada kalanya beliau meletakkan telapak tangannya di atas paha atau bahu para shahabatnya seraya mengulangi sabdanya hingga tiga kali.
Abdullah bin Hawalah menyadari Rasulullah SAW akan menyampaikan sesuatu yang amat penting. Ia harus menyimaknya dengan baik. Rasulullah SAW pun segera bersabda, ''Wahai putra Hawalah! Jika engkau melihat perselisihan telah terjadi di Tanah Suci, maka telah dekat terjadinya gempa-gempa bumi, bala bencana, dan perkara-perkara yang besar, dan hari kiamat pada waktu itu lebih dekat kepada manusia daripada kedua tanganku ini ke kepalamu.''
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya ini terdapat juga dalam Mustadrak al-Hakim. Al-Hakim mengatakan, isnad hadis ini sahih. Namun, Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Perkataan al-Hakim ini diperkuat oleh adz-Dzahabi. Al-Albani mensahihkannya dalam Shahih al-Jami'ush Shagir (6/263, hadis no 7715).
Hadis senada diriwayatkan dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, Takkan datang kiamat sehingga banyak terjadi gempa bumi (HR Bukhari, Kitab Al-Fitan 13: 81-82).
Dalam Fathul Bari (13/87), Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan, Telah banyak terjadi gempa bumi di negara-negara bagian utara, timur, dan barat. Tapi yang dimaksud hadis ini adalah gempa bumi secara merata dan terus-menerus.
Sabda Rasulullah SAW 14 abad lalu itu seolah menyentakkan kesadaran kita. Bahwa kiamat benar-benar makin mendekat. Beragam musibah, di antaranya gempa bumi makin merajalela.
Secara logika ini amat bisa dipahami. Bumi tak ubahnya seperti benda ciptaan Allah lainnya. Ia seperti benda yang jika digunakan terus-menerus, apalagi tanpa dibarengi dengan usaha perbaikan, akan cepat rusak. Kondisi alam yang kini kita nikmati tak sebaik dulu. Udara yang kini kita hirup tak sesegar saat kita masih kecil dulu, apalagi jika dibandingkan dengan ratusan atau ribuan tahun lalu.
Usia bumi makin menua. Manusia yang diberikan kepercayaan untuk memanfaatkan dan memakmurkannya, ternyata telah melakukan kerusakan. Isi perut bumi dikeruk, permukaannya dijarah, ekosistem laut dirusak, bebukitan yang sebelumnya anggun diselimuti hijaunya hutan, kini gundul. Air sungai yang sebelumya mengalir bening, kini tak lagi jernih. Kita kehausan di tengah limpahan air.
Allah menggambarkan kondisi ini dalam firman-Nya, Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Ruum: 41).
Bumi benar-benar makin tua. Alam telah kehilangan keseimbangan.
Rasulullah SAW menandai tuanya usia bumi dengan maraknya beragam musibah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di atas, Rasulullah sepertinya ingin menjelaskan, jika beragam musibah sudah datang, yang di antaranya ditandai dengan beruntunnya gempa bumi, maka waspadalah kiamat makin dekat.
Kini isyarat sabda Rasulullah SAW tersebut mulai menunjukkan kenyataan. Gempa bukan satu-satunya gejala yang menandai tuanya usia bumi. Sejak beberapa tahun lalu, (29/5/2006), sebuah sumur gas yang sedang dieksplorasi di Kecamatan Porong, menyemburkan lumpur panas-beracun.
''Judulnya rakus,'' kata seorang ahli perminyakan, mengomentari kelakuan PT Lapindo Brantas yang sudah tahu ada lapisan lumpur masif tapi memaksakan alatnya untuk menjangkau kandungan gas ratusan meter di bawah lumpur itu.
Tim gabungan pusat-pusat kehebatan teknologi manusia Indonesia menyimpulkan, lumpur itu berasal dari pegunungan lumpur (mud mountain) yang ada di bawah Porong. Pegunungan itu lebarnya 20 km dan panjangnya 200 km. Puncak pegunungan lumpur itu berkisar antara 600-1.000 meter di bawah permukaan tanah Porong. Tak ada profesor geologi manapun di Indonesia yang tahu kapan lumpur itu akan berhenti menyembur.
Pertama kali meluap, hasil pengeboran Lapindo itu memuntahkan lumpur sebesar 5.000 meter kubik per hari. Pada akhir tahun ini, diperkirakan volume banjir lumpur akan melebihi 10 juta meter kubik. Dua kali lebih banyak dari volume kubah larva puncak Merapi.
Kabarnya juga, setelah diteliti, usia lumpur panas dan beracun itu lebih tua daripada usia Pulau Jawa yang sudah jutaan tahun. Hebatnya lagi, ternyata pegunungan lumpur seperti di Porong, Sidoarjo, ini masih terdapat lagi di enam titik lain yang tersebar di seluruh Jawa Timur.
Kita sudah dilibas tsunami di Aceh, juga di Pangandaran. Kita sudah digentarkan Merapi, juga dihajar gempa di Yogya-Klaten. Kita sudah digelontori banjir bandang dan longsor mengerikan di Sinjai, tak ketinggalan di Jember. Di Tasik, juga gempa melanda diikuti longsor di Cianjur.
Semua musibah itu benar-benar datang spontan. Sebentar dan sesudahnya kita lupa. Bangsa ini tak ubahnya ''murid Sekolah Luar Biasa (SLB)'' yang harus diberi pelajaran agak pelan dan lama, dengan terapi khusus. Bukan dengan tsunami yang datang cepat dan usai segera atau seperti air bah yang segera hilang dalam sekejap.
Maka, lumpur panas disemburkan pelan-pelan melahap kebanggaan-kebanggaan kita, sampai kita tersungkur bersujud. Dunia makin tua. Tanda-tanda ketuaan itu makin nyata. Kiamat makin mendekat. Lalu, mengapa kita masih ragu bertaubat?
Sumber: Harian Republika, Jum'at 16 Oktober 2009
dan www.ahmadheryawan.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.