Berbuat kebaikan tidak mengharapkan terima kasih



Niatkan semua amal perbuatan itu hanya karena Allah semata dan jangan pernah mengharap ucapan terima kasih dari orang lain. Jangan pernah resah dan gundah karena kebaikan Anda kepada orang lain justru dibalas dengan perbuatan keji.

Ketika perbuatan baik yang Anda ulurkan justru dibalas dengan tamparan yang menyakitkan. Betapapun, apa yang Anda cari dari perbuatan baik Anda seharusnya hanya pahala dari Allah SWT.

Allah berfirman tentang wali-wali-Nya,
"Mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya." (QS. Al-Fath:29)

Juga tentang nabi-nabi-Nya,
"Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku." (QS. Shad:86)

"Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu." (QS. Saba':47)
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan: 9)

"Padahal tidak ada seorang pun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya." (QS. Al-lail:19)

Berbuat baik untuk dan kepada orang lain merupakan jalan lebar menuju kebahagiaan . Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: "Di hari kiamat nanti, yakni saat Allah menghisab hamba-Nya, Dia akan berkata kepadanya, "Wahai anak Adam, aku lapar namun engkau tidak memberiku makan. Hamba itu menjawab, "Bagaimana mungkin aku memberi-Mua makan, sementara Engkau adalah Rabb semesta alam?" Allah berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku, Si Fulan ibn Fulan sedang kelaparan, namun engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya makan, maka engkau akan dapatkan semua itu di sisi-Ku."

"Wahai anak Adam, Aku kehausan namun engkau tidak memberi-Ku minum." hamba itu menjawab, "Bagaimana mungkin aku bisa memberi-Mu minum sementara engkau adalah Rabb semesta alam?" Allah berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku, Si Fulan ibn Fulan sedang kehausan, namun engkau tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya minum pasti engkau dapatkan itu di sisi-Ku."

"Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku." Hamba itu menjawab, "Bagaimana mungkin aku bisa menjenguk-Mu, sementara Engkau adalah Rabb semesta alam?"
Allah berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa Fulan ibn Fulan sedang sakit, namun engkau tidak menjenguknya. Ketahuilah, seandainya engkau menjenguknya niscaya engkau akan dapatkan Aku di sisinya."

Ada satu hal yang menarik di sini. Dalam firman-Nya: "Niscaya engkau akan dapatkan Aku di sisinya...." berbeda dengan dua sebelumnya: "...engkau akan dapatkan semua itu si sisi-Ku..." Mengapa? Sebab, Allah di hadapan orang yang hatinya hancur tercabik-cabik akan tampak seperti orang sakit.

Disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah: "Dalam kesulitan itu ada pahala." Juga harus engkau mengerti bahwa Allah telah memasjukkan seorang wanita pezina dari Bani Israil ke dalam surga hanya gara-gara wanita itu memberi kepada seekor anjing yang sedang kehausan. Maka, bagaimana dengan orang yang memeberi minum dan makan kepada sesama, membantu meringankan beban saudaranya, dan menghilangkan kesulitan mereka?

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Barangsiapa memiliki kelebihan bekal, maka hendaknya ia datang dengan bekal itu kepada orang yang tidak memilkinya. Dan barangsiapa memiliki kelebihan kendaraan, maka hendaknya ia datang kepada orang yang tidak memiliki kendaraan.

Hatim, sang penyair pernah berkata,
"Ketahuilah, sesungguhnya harta itu akan pergi dan sirna.
Yang tersisa dari harta itu hanyalah pembicaraan dan kenangan.
Ketahuilah, kekayaan itu tidak ada faedahnhya bagi seseorang, yakni
kala nafas di tenggorokan dan dada tak lagi mampu memuat."

Dalam sebuah kisah disebutkan, Ibnul Mubarak pernah memiliki tetangga seorang yahudi. Namun ia selalu lebih dahulu memberi makan tetangganya itu sebelum anak-anaknya sendiri. Bahkan ia selalu memberi pakaian kepada si yahudi itu sebelum memberi pakaian kepada anak-anaknya.

Ketika orang-orang menawar rumah si Yahudi itu, "Jual saja tempat tinggalmu itu,"
Yahudi itu berkata, "Saya akan jual rumahku ini dengan harga dua ribu dinar. seribu dinar untuk harga rumahku, dan seribu dinar lagi karena aku bertetangga dengan Ibnul Mubarak."

Mendengar jawaban itu, Ibnul Mubarak dalam do'anya selalu memohon demikian, "Ya Allah, tunjukkanlah ia ke dalam islam." dan beberapa waktu kemudian, Si yahudi itu pun dengan izin Allah akhirnya masuk islam.

Saat hendak berangkat haji, Ibnul Mubarak bertemu dengan satu rombongan yang bermaksud sama, berangkat haji. Dalam rombongan itu, ia melihat seorang wanita yang mengambil bangkai burung gagak dari sebuah tong sampah.

Melihat kejadian itu,kemudian dia menyuruh pembantunya untuk melihat apa yang dilakukan wanita itu. Orang suruhannya tersebut bertanya kepada wanita itu tentang apa yang dilakukannya tadi.

Si wanita itu menjawab, "Selama tiga hari kami hanya makan dari sisa-sisa makanan yang dibuang ke dalam tong sampah." Karena iba mendengar jawaban itu, Ibnul Mubarak meneteskan air mata.

Ia pun memerintahkan agar semua perbekalannya dibagikan kepada rombongan wanita itu. Dan, karena sudah tidak punya bekal lagi, maka ia pun pulang dan membatalkan keberangkatan hajinya. Waktu pun berjalan.

Dalam suatu hari, ketika dia tidur, ia bermimpi. Dalam tidurnya, ia bermimpi ada orang yang berkata kepadanya, "haji yang mabrur, sebuah tindakan yang harus diganjar, dan dosa(mu) telah terampunkan."

Seorang penyair berkata,
Siapa yang berbuat baik tidak akan sirna pahalanya
dan tak akan sirna kebaikannya di sisi Allah dan manusia

Berbuat baiklah hanya untuk Yang Maha esa, sebab hanya Dia-lah yang memberi pahala dipuji atau tidak oleh manusia. Dia lah yang akan memberi karunia. Allah lah yang akan menjatuhkan sanksi, membalas setiap amal.

Selama Allah masih melihat dan mengetahui kebaikan yang Anda lakukan serta mengetahui keutamaan yang anda ulurkan, maka janganlah mengharapkan ucapan terima kasih dan pujian dari orang lain.

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.