MENJADIKAN SISWA PINTAR DAN BERKARAKTER

MENJADIKAN SISWA PINTAR DAN BERKARAKTER

Sebagaimana diketahui bahwa anak-anak hanya merekam materi yang masuk, jadi ketika anak belum bersekolah, maka dia akan mempercayai apa yang masuk, apa yang dilihatnya, apa yang dipercayainya dan apa yang disenangi dan dirasakannya dari sekelilingnya terutama dalam keluarga.

Namun, saat anak sudah memasuki dunia sekolah, maka sang anak biasanya lebih percaya pada guru. Oleh karena itu guru perlu berperan aktif dalam membangun karakter (watak terpuji) peserta didik.



Jika peranan guru cukup besar dalam membangun karakter anak/peserta didik, maka dalam proses belajar mengajar bukan semata-mata hanya meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler, tetapi guru harus menyadari bahwa dirinya bukan sekadar MENGAJAR tetapi MENDIDIK sehingga ketika mengajar mata pelajaran apapun Guru akan mengkaitkannya dengan pendidikan karakter.

Misalnya, ulangan tidak boleh nyontek, harus jujur pada diri sendiri agar mampu mengukur kemampuan. Menyontek merupakan bibit tumbuhnya minat untuk melakukan kecurangan termasuk dewasa nanti bisa menjadi koruptor dan sebagainya.

Sehingga peranan guru untuk mengingatkan peserta didik tentang semua hal sangatlah penting agar anak termotivasi sejak dini, bahwa mereka takut melakukan perbuatan tidak baik. Apalagi yang masuk ke dalam perbuatan DOSA.

Demikian pula dengan gurunya, harus selalu mengajarkan sikap kejujuran kepada muridnya. Jangan hanya bisa menasehati muridnya agar jujur, tapi diri sendiri selalu berbohong. Apalagi sekarang ini kejujuran di sekolah sudah seperti makhluk langka, di sana sini banyak ketidakjujuran. Kasus bocornya soal UAN, jual beli jawaban via SMS, pengaturan juara kelas, pengaturan kelulusan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, guru seharusnya sudah menguasai pendidikan karakter sehingga mereka menyadari bahwa tugasnya mengajar adalah MENDIDIK anak/peserta didik untuk menjadi akhlak mulia bukan sekedar mengajar, sehingga dipahami bahwa kejujuran, kedisiplinan, ketekunan, toleransi merupakan proses menuju akhlak mulia dan hal itu bisa diterapkan secara menyeluruh dalam setiap mata pelajaran, bukan merupakan pendidikan yang terpisah.

Makna pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun implementasi dari pengertian mendidik adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam etika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pembangunan karakter (watak terpuji) anak/peserta didik diharapkan muncul sinergi pada yang mampu membangun kekuatan lebih besar karena terpadunya antara knowledge, skill dan attitude pada diri sang anak/peserta didik dalam proses belajar mengajar, yang kelak akan menjadikannya sebagai:

1. Peserta didik mengerti mengenai perbuatan baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.

2. Peserta didik mencintai terhadap perbuatan yang baik dan membenci terhadap perbuatan yang buruk;

3. Peserta didik mampu melakukan perbuatan yang baik dan menjadi bagian dari kehidupannya karena sudah terbiasa melakukannya.

Ketiga hal tersebut akan menjadi benteng utama pada karakter (anak/peserta didik sehingga di kemudian hari kelak akan tumbuh sifat-sifat mulia seperti:

1. tumbuhnya rasa cinta pada pencipta alam dan seisinya, memiliki toleransi, cinta damai dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

2. tumbuhnya kedisiplinan dan kemandirian dan tidak bergantung atau mengandalkan bantuan (charity);

3. bersikap jujur; hormat dan santun kepada siapapun;

4. tumbuhnya rasa kasih sayang, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan terjalinnya network atau kerjasama yang saling mendukung dan menunjang;

5. memiliki rasa percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah tanpa menyalahkan orang atau pihak lain;

6. bersifat baik dan rendah hati tidak sombong, atau sewenang-wenang dalam menduduki jabatan tertentu sehingga ketika menjadi pemimpin dia kan bersikap adil dan bertanggungjawab;

Berikutnya adalah agar setiap sekolah mampu meciptakan budaya untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik yang dapat memberikan kontribusi positif di lingkungan sekolah, karena kebiasaan memberikan apresiasi akan membangun lingkungan untuk tumbuhnya semangat para peserta didik untuk berprestasi.

Inti dari budaya memberi apresiasi ini adalah bahwa sekolah harus lebih meng-EKSPOSE peserta didik ketimbang meng-IMPOSE. Di samping itu, perlunya sekolah perlu memadukan antara kegiatan belajar mengajar dengan implementasi dalam kehidupan sosial sehari-hari di sekolah agar anak tidak sekedar pintar tetapi berkarakter. (*)


Anda mendapat 1 Pesan

Silakan Buka Pesan Sekarang di Sini

Penting!! Perlu Anda Baca:@ Bisnis Pulsa Paling Menguntungkan@ Cara Bikin Blog Cantik dan Dinamis@ Kumpulan Tutorial Blog Lengkap@ Kumpulan Dongeng Anak@ Bukan Berita Biasa@ Trik dan rumus matematika@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah@ Tips dan Trik belajar yang efektif@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus@ Pasang Iklan gratis@ Kumpulan widget gratis@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah @ Seputar Koleksi Buku@ Seputar Resensi Buku@ Kumpulan tutorial Blog

1 komentar:

  1. assl.


    mmm, tulisannya bagus, saya pinjam untuk letakkan di website saya ya. http://smpn3tpi.webs.com/

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan Bijak, Jangan buang waktu anda dengan berkomentar yang tidak bermutu. Terimmma kasssih.